Jumat, 08 April 2011

BUDI PEKERTI SEORANG MURID

KATA PENGANTAR
Dalam kondisi bangsa yang centang perenang dewasa ini, kita seakan tidak tahu mau memulai dari mana untuk membangun bangsa ini. Semua seakan dililit lingkaran setan. Satu sama lain saling terkait dan tidak tahu mau diputus dimana. Anak-anak kita terlanjur manja, tidak mandiri, tergantung pembantu dan sering kasar pada orang tua. Jenis permainan yang serba elektronik dan otomatis, membuat mereka merasa bahwa dunia berada dalam genggaman remote control ditangan mereka.
remaja kita seakan tidak punya daya. tunduk tersungkur dibawah jeratan minuman memabukkan, obat terlarang dan tontonan menjijikan. Perkelahian antar pelajar, antar geng, antar kampung bukan lagi monopoli anak muda tapi sudah merajalela menjadi penyakit masyarakat. Tata krama, sopan santun, basa-basi, ramah tamah, akhlaqul karimah seakan sudah menjadi ajaran langit, tidak lagi membumi. Korupsi, kolusi, perampasan hak orang lain dan kezaliman lainnya sudah menjadi kejadian sehari-hari dan orang tidak risih lagi melihat, mendengra, dan membacanya. Akankah kita biarkan bangsa ini semakin terpuruk atau perlukah kita satukan derap langkah, kita bangkitkan semua potensi dan kita sehatkan bangsa ini menjadi bangsa berkepribadian, bermoral dan bermartabat?
Mestinya kita sependapat untuk pilihan kedua, tapi bagaimana caranya?. Dari titik mana vicious circle ini harus kjita putuskan?. Ini pertanyaan mendasar yang dilematis, mau menyelesaikan semua masalah pelik secara bersamaan adalah hal yang mustahil. Kita harus memilih dan mengatur skala prioritas. Kita harus memulai dari bawah dari pondasi yang sangat dasar. Kita haruys mengembangakan sumber daya manusia Indonesia pada tahap dini, pada usia awal yang masih suci dan mudah dibentuk, tahapan yang disebut The Golden Age. Generasi penerus ini harus ditanamkan nilai-nilai luhur yang masuk akal, mudah dicerna dan dapat dilaksanakan. Disamping itu, metode pengajarannya pun harus sedemikian rupa mudahnya, masuk dalam alam bawah sadar sang anak, tanpa dipaksa dan tanpa hafalan-hafalan yang rumit.
Etika moral yang diambil dari bagian ajaran filsuf dunia Kong Fu Zi ini disusun dalam kata-kata singkat yang kelihatannya sederhana, mudah dihafalkan, enak dilafalkan, namun sangat dalam artinya.
Oleh sebab itu, pengalihan bahasanya ke bahasa Indonesia haruslah pula dilakukan sedemikian rupa, sehingga sama mudahnya untuk dimengerti, yang singkat, jelas berpantun/bersajak, sehingga enak diucapkan dan mudah diingat untuk diamalkan.
Pengalihan bahasaan ini tidak sepenuhnya mengikuti terjemahan kata demi kata dari teks aslinya. Penampilan suasana dan tata kata bahasa Indonesia dimaksudnkan supaya etika moral ini mudah dipahami, mudah dimengerti dan sangat mungkin diamalkan. Kami percaya, kalau isi buku ini bisa dibumikan disini, maka akhlaq bangsa ini akan mampu kita angkat ke tempat terhormat dan bermartabat. Semoga!

Alih bahasa oleh . S .Hamdi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar